Kamis, 18 Juni 2015

Sinopsis “Taare Zameen Par”


Sinopsis “Taare Zameen Par”




Judul                         : Taare Zameen Paar
Pemeran                    : Darsheel Safary (Ishaan Nandkishore Awasthi), Aamir Khan (Ram Shankar Nikumbh)
Tema                        : Pendidikan, Keluarga
Latar belakang film  : India
Durasi                       : 02:42:23
Tahun                        : 2007
Produksi                    : Aamir Khan Production





Taare Zameen Par adalah sebuah film India yang menceritakan kisah tentang seorang anak berusia 8 tahun yang berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ishaan Nandkishore Awasthi, nama anak laki-laki yang pada awal film ditunjukkan selalu mendapat nilai jelek di kelasnya, di semua mata pelajaran.



Ishaan memang tidak dibenci oleh ayah dan ibunya meski dia selalu mendapat nilai buruk dan selalu tertinggal dalam pelajaran. Namun orangtuanya ingin ia bisa seperti teman-temannya dan juga seperti kakaknya. Ishaan memiliki seorang kakak laki-laki yang ditunjukkan menyayangi Ishaan. Ia juga ikut prihatin dengan keadaan akademik adiknya. Kakak Ishaan adalah seorang murid yang pandai di sekolahnya. Ia selalu mendapat nilai bagus dan hampir sempurna di semua mata pelajaran. Di sekolah, Ishaan sulit mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, dan lebih sering menghabiskan waktu di luar kelas sebagai hukuman dari para guru yang merasa sudah lelah mengurusinya. Sayangnya, dalam hal ini para guru justru menunjukkan cara mendidik yang kurang baik. Ada salah satu adegan di dalam kelas, guru bahasa Inggris Ishaan berkata "Shameless boy!" saat Ishaan beranjak ke luar kelas atas perintah gurunya karena ia tak bisa membaca paragraf yang diminta oleh gurunya untuk ia baca.


 Guru Ishaan marah karena Ishaan tidak bisa membaca kalimat yang diminta

Beralih dari kehidupan di sekolahnya, ke kehidupan Ishaan di rumah. Di rumah Ishaan diperlakukan sama seperti anak-anak lainnya oleh keluarganya. Jika Ishaan melakukan kesalahan pun, ia juga akan dihukum. Namun, Ishaan tak suka dipaksa untuk bisa menguasai pelajaran yang tak bisa ia kuasai itu. Ishaan lebih suka menggambar, menyusun puzzle, atau membuat sesuatu. Di kamarnya Ishaan menciptakan berbagai macam gambar menarik. Mulai dari kertas hingga tembok, semuanya tertoreh hasil tangan Ishaan yang begitu kreatif, imajinatif, dan unik, serta melambangkan usianya yang masih kanak-kanak. Sayangnya, bakat Ishaan tak terlalu dilihat oleh orangtuanya, khusushnya ayahnya, yang lebih sibuk ingin agar Ishaan bisa seperti kakaknya.


Ishaan lebih suka diberi kebebasan untuk melakukan yang ingin ia lakukan. Ia sangat merasa terkekang pada semua aturan aturan yang ada di sekitarnya. Aturan di rumah, juga di sekolah. Ishaan digambarkan sebagain anak yang melihat dunia dengan cara yang lain. Ia melihat dunia tak seperti anak-anak yang lain. Rasa ingin tahunya dan ketertarikannya pada banyak hal baru menumbuhkan imajinasi tersendiri di dalam dirinya.



Sampai pada saaat tengah semester, orangtua Ishaan dipanggil lagi oleh sekolah bersangkutan dengan keadaan Ishaan yang sama sekali tak mengalami kemajuan. Semuanya tampak lebih menuntut Ishaan untuk bisa menguasai sekolahnya.
Kemudian ayah Ishaan memutuskan untuk membawa Ishaan ke sekolah berarsrama. Ya, mereka memutuskan utukk menaruh anak mereka di sebuah sekolah asrama yang jauh dari orangtuanya. Ishaan menangis, ia tidak mau. Namun sayangnya keputusan ayah Ishaan sudah bulat. Ia, juga sebenarnya dengan berat hati meninggalkan Ishaan di sekolah tersebut, berharap ada kemajuan dalam diri Ishaan mengenai pelajaran di sekolah.





Harapan tinggal harapan. Di sekolah itu pun, Ishaan juga mengalami hal yang sama. Bahkan para gurunya di sini lebih keras padanya daripada gurunya saat di sekolah sebelumnya. Di semua mata pelajaran Ishaan menghadapi kesulitan dalam menulis dan membaca. Para guru di asrama itu juga tak memperhatikan kendala apakah yang Ishaan alami dalam pelajarannya, mereka hanya melihat bahwa Ishaaan adalah anak bodoh yang tak bisa membaca dan menulis




Hal itu terus terjadi, bersamaan dengan makian dari gurunya yang terus menekan batin Ishaan, sampai seorang guru pengganti datang. Guru baru itu adalah seorang pemuda yang menggantikan guru kesenian di sekolah Ishaan. Bagai sebuah revolusi seketika. Kelas Ishaan yang tadinya selalu bungkam di bawah pengajaran sang guru, tiba-tiba menjadi lebih menyenangkan saat gurunya yang bernama Ram Shankar Nikumbh menunjukkan cara mengajar yang berbeda dari para guru sebelumnya.





Ia juga lebih mengutamakan kondisi siswanya dalam belajar. Ram Shankar mengajar dengan lebih mendekatkan diri pada anak didiknya. Ia lalu menemukan ada hal yang aneh pada diri Ishaan. Setelah bertanya pada teman Ishaan, Rajan Damodaran, Ram Shankar lalu melihat buku yang berisi latihan-latihan soal Ishaan di semua mata pelajaran. Ia terkejut melihatnya. Hal yang Ram Shankar utarakan adalah, ia seperti melihat dirinya sendiri dalam diri Ishaan. Dalam semua hasil pekerjaan Ishaan, ia banyak menuliskan huruf secara terbalik. Dari angka dan tulisan, banyak huruf yang tidak sesuai bentuknya.

Ram Shankar pun memutuskan untuk menemui keluarga Ishaan. Dari perbincangan mereka, Ram Shankar melihat bahwa orangtua Ishaan tak begitu mengetahui kendala apa yang dihadapi anaknya. Akhirnya ia pun memberitahu mereka bahwa Ishaan mengalami kendala kesulitan untuk mengenali angka dan alfabet. Ia kesulitan membedakan huruf yang bentuknya hampir sama serta posisi huruf menghadap ke depan atau ke belakang. Ram Shankar mengutarakan pada keluarga Ishaan bahwa sebenarnya Ishaan mengalami dislexia. Sebuah keterbatasan yang mengakibatkan orang kesulitan mengenali huruf. Hal lain lagi yang Ram Shankar temukan di rumah Ishaan adalah, Ishaan memiliki bakat dalam menggambar. Gambarnya bukan sekadar gambar biasa, melainkan unik dan kreatif.




Pada akhirnya Ram Shankar mencari cara untuk membantu Ishaan. Untuk membantu Ishaan dalam pelajarannya, ia mengajari Ishaan menulis alfabet dan angka dengan benar. Cara yang ia gunakan juga bukan menulis dengan pensil atau pena seperti menulis biasa pada umumnya. Seperti contohnya saja ia menulis di kotak pasir saat mengajari Ishaan menulis alfabet. Untuk menulis angka, ia menggunakan papan dengan garis kotak-kotak. Dari huruf yang besar, ia lalu menyusutkannya menjadi huruf yang lebih kecil. Ishaan yang notabene memang lebih menyukai cara belajar yang tidak mengekang, menikmati pelajaran dengan guru barunya itu. Pada akhirnya Ishaan dapat membaca dan meulis dengan benar. Tak ada lagi huruf yang terbalik atau salah menyusun kata.





Sebuah film mengharukan yang ditutup dengan akhir yang Indah. Pada akhir film, Ishaan menjadi bintang yang diakui oleh semua orang melalui bakat menggambarnya. Orangtua, kakak, guru, dan teman-temannya semua memberikan standing applause pada bocah yang awalnya tak mau maju ke panggung untuk menerima penghargaannya.









END



Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. 

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:

(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Menurut Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
  1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
  2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
  4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
  1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
  2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
  4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Macam-macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain :

1.       Pendekatan Kontekstual

Pendekatan Kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran yang memposisikan siswa sebagai pelaku. Siswa mengalami kegiatan sendiri di lingkungannya.Pada pendekatan pembelajaran ini guru menuntut untuk membuat strategi pembelajaran variatif untuk mengajar siswa, tetapi membelajarkan atau memberdayakan siswa.Dalam kelas, peran guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih fokus memberi informasi, mengelola kelas menjadi sebuah tim, dan menemukan hal baru bagi kelas. Murid dapat belajar menemukan pengetahuan secara sendiri, tidak hanya dari kata guru semata.
  1. 2.   Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan Konstuktivisme yaitu pendekatan pembelajaran ini memiliki dasar berpikir mirip dengan pendekatan pembelajaran kontekstual namun perbedaannya terletak pada siswa diberikan stimulus pengetahuan yang lebih sering.Pendekatan ini dapat membantu siswa menyerap pengetahuan secara aktif dari proses pembelajaran sebelumnya dan pembelajaran yang baru.

  1. 3.    Pendekatan Deduktif – Induktif


a.    Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya.
b.    Pendekatan Induktif
Ciri utama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.

4.   Pendekatan Konsep dan Proses
a.    Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep. 
b.    Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. 
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengajarkaan dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya.
5.    Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa.

Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah.

Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran

Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikn sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru :

1.    Strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Secara garis besar prosedur ini adalah:
1)   Preparasi
   Guru mempersiapkan (preparasi) bahan selangkapnya secara sistematis dan rapi.
2)  Apersepsi
Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang diajarkan.
3)  Presentasi
Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh anak didik membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau ditulis guru sendiri.
4)  Resitasi
Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri (resitasi) tentang pokok-pokok masalah yang telah dipelajari secara lisan maupun tulisan.

2.    Strategi pembelajaran inquiry
Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan.

Ada beberapa hal yang menjadi utama strategi pembelajaran inquiry:

a)  Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai objek belajar.
b)  Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
c)  Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
d)  Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa rata-rata memilki kemauan dan kemampuan berpikir, atrategi ini akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
e)  Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
f)   Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Langkah-langkah sebagaia berikut:
a)  Orientasi
b)  Merumuskan masalah
c)  Mengajukan hipotesis
d)  Mengumpulkan data
e)  Menguji hipotesis
f)   Merumuskan kesimpulan

3.    Strategi pembelajaran berbasis masalah

1.     Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2.    Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.    Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.


4.    Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.

Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.
  1.  Strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
  2.  Telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.

5.    Strategi pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

 Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu:

 (a) adanya peserta dalam kelompok
(b) adanya aturan kelompok
(c) adanya upaya belajar setiap kelompok
(d) adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward).

6.    Strategi pembelajaran kontekstual CTL
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Karakteristik pembelajaran kontekstual

1)   Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik
2)  Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
3)  Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).
4)  Pemebelajran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mngoreksi antar teman (learning in a group).
5)  Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).
6)  Pemebelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
7)  Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning ask an enjoy activity).

Komponen pembelajaran kontekstual

1)   Constructivism (kontruktivisme, membangun, membentuk)
2)  Questioning (bertanya)
3)  Inquiry (menyelidiki, menemukan)
4)  Learning community (masyarakat belajar)
5)  Modeling (pemodelan)
6)  Reflection (refleksi atau umpan balik)
7)  Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya)

7.    Strategi pembelajaran afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan keluarga. Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik.


Model Pembelajaran

Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Untuk menentukan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.      Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2 serta kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/atau KD-4.
2.      Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan KD-2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan.
3.      Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting information), mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).


Beberapa Contoh Model Pembelajaran

1.         EXAMPLES NON EXAMPLES
Langkah-langkah :
1.    Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2.    Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3.    Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
4.    Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
5.    Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6.    Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
7.    Kesimpulan

2.    Model Inquiry Learning
Langkah-langkah :
1.    Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu.
2.    Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.
3.    Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
4.    Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
5.    Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
3.         Model Discovery Learning
Langkah-langkah
1.    Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan materi pembelajaran/topik/tema yang akan dibahas.
2.    Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
3.    Data Collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi serta melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, dan mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah.
4.    Data Processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
5.    Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain bertanya kepada teman, berdiskkusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
6.    Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
4.         Problem Based Learning
Langkah-langkah
1.    Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
2.    Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah kajian.
3.    Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.
4.    Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
5.    Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.

5.         Project Based Learning
Langkah-langkah
1.    Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
2.    Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
3.    Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
4.    Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
5.    Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.

6.    Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.